· Sinopsis
Seorang kakek tua dari desa datang dari desanya ingin menemui anaknya yang tinggal di kota, tetapi seorang sekuriti dan polisi lalu lintas menghalau jalan masuk kakek ini untuk menemui anaknya. “Tidak masuk akal bapak adalah ayah dari seorang penghuni rumah mewah ini” ujar Polisi Lalulintas. “Jadi kalian tidak mengijinkan aku untuk mencari anakku, dan kalian tidak percaya bahwa aku adalah orang tua dari seorang penghuni rumah mewah ini? Kau adalah masyarakat Malin Kundang, kau akan menjadi batu!” ujar kakek kepada polisi tersebut. Polisi itu tersenyum & tertawa, ia menganggap bahwa itu hanya lelucon. Setelah itu datang orang kaya beserta mobil mewahnya ingin memasuki rumahnya, mobil itu berhenti di depan kakek dan polisi tersebut, benar, ternyata yang didalam mobil itu adalah orang kaya, anak dari kakek itu, langsung ia dan istrinya membawa kakek ke dalam mobilnya. Setelah masuk ke dalam mobil kakek berkata “Malin Kundang” kepada polisi.
Orang kaya itu mengajak ayahnya untuk berjalan-jalan di kota yang sedang terguyur hujan. Pada saat di perempatan lampu merah, istri orang kaya tersebut mengatakan kepada sopir “Aman pak, jalan saja” “Jangan. Kita harus patuh terhadap lalu lintas, lihat polisi itu. Dia hormat kepada kita.” “Itukan Patung”. Kakek tua itu mendengar percakapan anak dan menantunya. Dia iba melihat Polisi Patung itu. Tiba-tiba ia tersentak “Ya Allah. Polisi itu..., menjadi batu...”
· Penokohan
o Protagonis (+)
1. Kakek Tua:
ü Beliau datang baik-baik dan tidak memaksa untuk menemui anaknya tetapi dihalau oleh penjaga dan polisi lalulintas tersebut.
2. Orang Kaya:
ü Mengakui bahwa kakek tua itu adalah ayahnya, tidak durhaka terhadap ayahnya sendiri
ü Baik, mau mengajak orangtua nya jalan-jalan keliling kota
3. Istri Orang Kaya
ü Mengakui bahwa kakek tua itu adalah mertuanya sendiri
o Antagonis (-)
1. Polisi Lalulintas
ü Menghalau masuknya kakek yang bermaksud baik untuk mecari anaknya yang tinggal di rumah mewah tersebut
ü Tidak sopan terhdapat orang yang lebih tua
2. Sekuriti Rumah Mewah
ü Menghalau masuknya kakek yang bermaksud baik untuk mecari anaknya yang tinggal di rumah mewah tersebut
· Latar
o Tempat: Di depan rumah mewah, dijalanan kota
o Waktu : Siang hari
o Suasana: Di depan rumah: Tegang, karena kakek tidak diizinkan
masuk oleh polisi sehingga saling beradu argumentasi
Di jalanan kota : Sedang hujan lebat
· Pesan yang ingin disampaikan pengarang
o Walaupun kita sudah menjadi orang kaya, kita tidak boleh melupakan orang tua kita sendiri
o Jika kita sudah menjadi orang yang berkecukupan, selayaknya kita mencukupi kebutuhan orang tua kita
o Penegak hokum seharusnya bersikap obyektif dalam menyelesaikan permasalahan
· Meneruskan cerita
Seorang kakek tua dari desa datang dari desanya ingin menemui anaknya yang tinggal di kota, tetapi seorang sekuriti dan polisi lalu lintas menghalau jalan masuk kakek ini untuk menemui anaknya. “Ada apa ini?” Tanya polisis lalu lintas. “ini pak, ada kakek memaksa masuk ke perumahan mewah ini” ujar sekuriti tersebut “Bapak ini pasti dari kampong, terlihat dari barang bawaanny” kata polantas. Polisi melihat kearah kepala ayam yang matanya memerah, paruhnya ternganga dan kerongkongan bergerak-gerak mengatur napas. “Ayam ini tidak boleh dibiarkan hidup, kukira ia membawa virus” Akhirnya ayam itu dibakarnya bersama sekuriti tersebut. “Maaf bapak ini terpaksa saya lakukan” Kata polisi “Aku akan mendatangi rumah anakku yang kau bilang rumah mewah ini” Kata kakek “O..Tidak masuk akal bapak adalah ayah dari seorang penghuni rumah mewah ini” ujar Polisi Lalulintas. “Jadi kalian tidak mengijinkan aku untuk mencari anakku, dan kalian tidak percaya bahwa aku adalah orang tua dari seorang penghuni rumah mewah ini? Kau adalah masyarakat Malin Kundang, kau akan menjadi batu!” ujar kakek kepada polisi tersebut. Polisi itu tersenyum & tertawa, ia menganggap bahwa itu hanya lelucon. Setelah itu datang orang kaya beserta mobil mewahnya ingin memasuki rumahnya, mobil itu berhenti di depan kakek dan polisi tersebut, benar, ternyata yang didalam mobil itu adalah orang kaya, anak dari kakek itu, langsung ia dan istrinya membawa kakek ke dalam mobilnya “ayo ayah”. Setelah masuk ke dalam mobil kakek berkata “Malin Kundang” kepada polisi. “Tadi ayah membawa ayam, tapi telah dibunuh dan dibakar oleh mereka” kata kakek. “Maafkan mereka ayah, ayam hidup tidak boleh dibawa masuk.” Kata anaknya.
Akhirnya, orang kaya dan istrinya tersebut mengajak bapaknya berjalan-jalan mengelilingin kota. Diperjalanan ia bertemu dengan polisi itu kembali, dan sempat ia membuka jendela mobil dan berkata kepada polisi tersebut “Malin Kundang”. Polisi tersebut malah tertawa, karena ia menganggapnya lelucon.
Setelah sampai di rumah, mereka menemui kakek tua lain yang berada di depan rumahnya. Orang kaya itu berkata “itu ayah? Ya itu ayah!” Ternyata setelah dilihatnya, ayah yang sebenarnya adalah yang baru saja datang pagi ini, dan orang yang dianggap ayah itu adalah kembaran dari ayah yang sebenarnya. Kakek tua itu berkata “terimakasih telah menemani anakku sesaat aku dalam perjalanan pulang” “sama-sama saudara ku” ucap kembanarannya.
Setelah polisi itu sampai di rumahnya, ia sempat berpikir “mengapa orang tua itu mirip ayah ku ya?” ia bingung bukan kepalang. Esok harinya, ia mendatangi rumah orang kaya itu lagi untuk menemui orang yang dianggapnya mirip dengan ayahnya. Lalu orang tua yang ternyata bukan ayah dari orang kaya tersebut mendatangi polisi tersebut terlebih dahulu, dan ia berkata “kau durhaka, kau hanya melihat orang dari fisiknya saja. Padahal aku ini bapak mu nak, bapak mu! Dasar kau masyarakat Malin Kundang! Ku kutuk kau jadi batu!” “Maaf, maaf kan aku ayah, aku tidak sengaja” ujar polisi tersebut. Karena kesabaran kakek tua itu sudah habis, akhirnya ia kutuk anaknya yang durhaka itu menjadi batu, dan dengan seketika tubuhnya terasa sangat berat dan seluruh anggota tubuhnya tidak bisa digerakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar